-->
Motivasi Menulis

Cara Menghitung Angka Ketergantungan

Cara Menghitung Angka Ketergantungan - Dalam dunia ekonomi dan demografi, angka ketergantungan adalah salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengukur proporsi penduduk yang tergantung pada kelompok usia yang tidak produktif secara ekonomi terhadap jumlah penduduk yang produktif. Angka ini memberikan gambaran tentang beban ekonomi yang ditanggung oleh kelompok yang produktif dalam memberikan dukungan kepada kelompok yang tidak produktif. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan cara menghitung angka ketergantungan secara sederhana.

Cara Menghitung Angka Ketergantungan
Cara Menghitung Angka Ketergantungan

Angka ketergantungan biasanya terbagi menjadi dua kategori utama: angka ketergantungan anak-anak dan angka ketergantungan lansia. Angka ketergantungan anak-anak mengukur proporsi penduduk yang berada di bawah usia 15 tahun, sedangkan angka ketergantungan lansia mengukur proporsi penduduk yang berusia 65 tahun ke atas. Kedua indikator ini memberikan gambaran tentang jumlah individu yang mungkin membutuhkan dukungan ekonomi.

Berikut adalah langkah-langkah sederhana untuk menghitung angka ketergantungan:

  1. Tentukan kelompok usia yang akan dihitung. Misalnya, jika kita ingin menghitung angka ketergantungan anak-anak, kelompok usia yang akan dipertimbangkan adalah di bawah 15 tahun. Jika kita ingin menghitung angka ketergantungan lansia, kelompok usia yang akan dipertimbangkan adalah 65 tahun ke atas.

  2. Dapatkan data jumlah individu dalam kelompok usia yang ditentukan. Data ini biasanya tersedia dalam bentuk statistik demografi yang dikeluarkan oleh badan statistik nasional atau lembaga terkait.

  3. Dapatkan data jumlah individu dalam kelompok usia produktif. Kelompok usia produktif umumnya berkisar antara 15 hingga 64 tahun.

  4. Hitung jumlah individu dalam kelompok usia yang ditentukan sebagai persentase dari jumlah individu dalam kelompok usia produktif. Misalnya, jika jumlah individu di bawah 15 tahun adalah 25 juta dan jumlah individu dalam kelompok usia produktif adalah 100 juta, maka persentase angka ketergantungan anak-anak akan menjadi 25% [(25 juta / 100 juta) x 100%].

  5. Hitung juga angka ketergantungan lansia dengan menggunakan langkah-langkah yang sama.

  6. Jumlahkan angka ketergantungan anak-anak dan angka ketergantungan lansia untuk mendapatkan angka ketergantungan total. Misalnya, jika angka ketergantungan anak-anak adalah 25% dan angka ketergantungan lansia adalah 15%, maka angka ketergantungan total akan menjadi 40% (25% + 15%).

Angka ketergantungan yang lebih tinggi menunjukkan adanya beban yang lebih besar pada kelompok usia produktif dalam menyediakan dukungan ekonomi bagi kelompok yang tidak produktif. Hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek ekonomi dan sosial suatu negara. Semakin tinggi angka ketergantungan, semakin besar tekanan pada sistem kesejahteraan sosial, pensiun, layanan kesehatan, dan infrastruktur yang harus dipenuhi oleh kelompok usia produktif.

Angka ketergantungan juga dapat memberikan gambaran tentang tren demografi suatu negara. Jika angka ketergantungan anak-anak cenderung tinggi, hal ini dapat menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki populasi muda yang besar. Sementara itu, angka ketergantungan lansia yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa negara tersebut menghadapi penuaan populasi.

Baca Juga: Cara Menanggulangi Kejadian Terhadap Penggunaan Listrik

Dalam perencanaan kebijakan ekonomi dan sosial, angka ketergantungan memainkan peran penting. Informasi ini dapat digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dengan lebih efektif, merancang program kesejahteraan sosial, dan mengantisipasi perubahan dalam struktur demografi masyarakat. Selain itu, angka ketergantungan juga dapat membantu dalam perencanaan tenaga kerja, kebijakan imigrasi, dan pengembangan program pendidikan.

Namun, penting untuk diingat bahwa angka ketergantungan hanyalah salah satu indikator demografi. Hal ini tidak memberikan gambaran lengkap tentang situasi ekonomi dan sosial suatu negara. Faktor lain, seperti tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan tingkat kemiskinan, juga perlu dipertimbangkan dalam menganalisis kondisi suatu negara.

Dalam rangka menghitung angka ketergantungan dengan akurat, penting untuk menggunakan data yang dapat dipercaya dan terkini. Badan statistik nasional, lembaga demografi, dan organisasi internasional seringkali menyediakan data demografi yang dapat digunakan sebagai referensi.

Dalam kesimpulan, menghitung angka ketergantungan merupakan langkah penting dalam menganalisis struktur demografi suatu negara. Melalui penggunaan metode sederhana yang telah dijelaskan di atas, kita dapat mendapatkan gambaran tentang beban ekonomi yang ditanggung oleh kelompok usia produktif dalam memberikan dukungan kepada kelompok yang tidak produktif. Informasi ini dapat digunakan dalam perencanaan kebijakan ekonomi, sosial, dan kesejahteraan masyarakat secara lebih efektif.

Pengertian Etika Secara Epistemologi

Pengertian Etika Secara Epistemologi - Etika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari prinsip-prinsip moral dan perilaku manusia. Etika mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan moral tentang apa yang baik dan buruk, benar dan salah, serta bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam berbagai situasi. Dalam konteks ini, etika secara epistemologi mengacu pada pemahaman tentang bagaimana kita memperoleh pengetahuan tentang etika dan dasar-dasar moral.

Pengertian Etika Secara Epistemologi
Pengertian Etika Secara Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan sumber, alasan, dan batasan pengetahuan. Dalam epistemologi etika, kita mencari pemahaman tentang cara kita memperoleh pengetahuan etika, apakah itu berdasarkan pada keyakinan, rasionalitas, atau faktor lainnya. Pemahaman tentang epistemologi etika membantu kita dalam merumuskan dasar-dasar moral dan mengevaluasi klaim-klaim etika yang diajukan oleh individu atau kelompok.

Pendekatan epistemologi dalam etika dapat dibagi menjadi beberapa aliran pemikiran yang berbeda. Salah satu pendekatan yang umum adalah etika normatif, yang mencoba menentukan apa yang seharusnya dilakukan atau dihindari dalam konteks moral. Etika normatif mencari alasan dan prinsip-prinsip objektif yang dapat menjadi dasar bagi tindakan moral. Beberapa aliran etika normatif termasuk etika deontologis, konsekuensialisme, dan etika viritue.

Etika deontologis, yang dikembangkan oleh filsuf Immanuel Kant, menekankan pada kewajiban moral yang mendasar. Pendekatan ini berpendapat bahwa tindakan yang baik atau benar dilakukan berdasarkan pada prinsip moral yang bersifat universal, seperti "berlaku adil" atau "hormati martabat manusia". Etika deontologis mengatakan bahwa kebenaran moral dapat diketahui melalui akal budi dan pemikiran rasional.

Di sisi lain, konsekuensialisme menilai tindakan moral berdasarkan konsekuensi atau akibat yang dihasilkan. Pendekatan ini berpendapat bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menghasilkan akibat yang paling positif atau paling menguntungkan bagi individu atau masyarakat. Konsekuensialisme menawarkan kerangka kerja yang bergantung pada pengamatan dan pemahaman tentang konsekuensi tindakan.

Baca Juga: Integrasi sosial

Selain itu, etika viritue mengarah pada karakter dan kebajikan moral individu. Pendekatan ini berpendapat bahwa tujuan etika adalah mengembangkan karakter yang baik dan sifat-sifat moral yang positif dalam diri individu. Etika viritue memperhatikan bagaimana individu menjadi pribadi yang baik melalui pendidikan moral, contoh yang baik, dan pengembangan kebajikan.

Dalam epistemologi etika, ada juga pertanyaan tentang apakah nilai-nilai moral bersifat objektif atau subjektif. Apakah etika didasarkan pada kriteria yang universal dan tetap, atau apakah itu bergantung pada preferensi individu atau budaya Pertanyaan tentang objektivitas atau subjektivitas nilai-nilai moral merupakan isu sentral dalam epistemologi etika. Aliran relativisme etika berpendapat bahwa nilai-nilai moral bersifat subjektif dan bervariasi tergantung pada individu atau budaya. Mereka berpendapat bahwa tidak ada kebenaran moral yang universal dan tetap, melainkan hanya pandangan yang relatif dan bergantung pada perspektif masing-masing individu atau kelompok.

Namun, aliran objektivisme etika berpendapat bahwa terdapat kebenaran moral yang objektif dan independen dari preferensi individu atau budaya. Pendukung objektivisme etika berargumen bahwa terdapat prinsip-prinsip moral yang dapat diketahui secara rasional dan berlaku untuk semua individu, terlepas dari perbedaan subjektivitas mereka. Misalnya, mereka mungkin berpendapat bahwa menghormati kehidupan manusia atau mempraktikkan keadilan adalah prinsip-prinsip moral objektif yang berlaku bagi semua orang.

Dalam mencari pemahaman epistemologi etika, filsuf-filsuf telah mengusulkan berbagai argumen dan teori. Salah satunya adalah argumen rasional, yang mengatakan bahwa pemahaman etika dapat diperoleh melalui akal budi dan rasionalitas manusia. Dalam hal ini, pemikiran rasional digunakan untuk menganalisis situasi moral, mempertimbangkan konsekuensi, dan menentukan tindakan yang paling baik secara moral.

Ada juga argumen intuisi moral, yang mengemukakan bahwa kita memiliki intuisi bawaan tentang nilai-nilai moral yang dapat membimbing tindakan kita. Intuisi moral dianggap sebagai pengetahuan yang didapat secara langsung, tanpa perlu argumentasi atau penalaran yang rumit. Namun, argumen ini juga menjadi subjek perdebatan, karena intuisi moral dapat bervariasi antara individu dan budaya.

Selain itu, pemahaman etika juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, dan religius. Pengalaman hidup, norma sosial, keyakinan agama, dan pendidikan moral dapat mempengaruhi cara kita memahami etika. Bagaimana kita tumbuh dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu juga berperan dalam membentuk pemahaman etika kita.

Dalam kesimpulan, epistemologi etika melibatkan studi tentang bagaimana kita memperoleh pengetahuan tentang etika dan dasar-dasar moral. Pendekatan seperti etika deontologis, konsekuensialisme, dan etika viritue menawarkan kerangka kerja untuk memahami dan mengevaluasi tindakan moral. Pertanyaan tentang objektivitas atau subjektivitas nilai-nilai moral juga menjadi perhatian utama dalam epistemologi etika. Seiring dengan itu, argumen rasional, intuisi moral, dan faktor-faktor sosial dan budaya juga memainkan peran penting dalam pemahaman etika kita.

Ukuran sebagai Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial

Ukuran sebagai Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial -  Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi” menyatakan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial akan terjadi. Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan stratifikasi sosial adalah ukuran kekayaan, kekuasaan dan wewenang, kehormatan, serta ilmu pengetahuan.

Ukuran sebagai Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial
  1. Ukuran kekayaan adalah kepemilikan harta benda seseorang dilihat dari jumlah dan materiil saja. Biasanya orang yang memiliki harta dalam jumlah yang besar akan menempati posisi teratas dalam penggolongan masyarakat berdasarkan kriteria ini.
  2. Ukuran kekuasaan dan wewenang adalah kepemilikan kekuatan atau power seseorang dalam mengatur dan menguasai sumber produksi atau pemerintahan. Biasanya ukuran ini dikaitkan dengan kedudukan atau status sosial seseorang dalam bidang politik.
  3. Ukuran kehormatan dapat diukur dari gelar kebangsawanan atau dapat pula diukur dari sisi kekayaan materiil. Orang yang mempunyai gelar kebangsawanan yang menyertai namanya, seperti raden, raden mas, atau raden ajeng akan menduduki strata teratas dalam masyarakat.
  4. Ukuran ilmu pengetahuan, artinya ukuran kepemilikan seseorang atau penguasaan seseorang dalam hal ilmu pengetahuan. Kriteria ini dapat pula disebut sebagai ukuran kepandaian dalam kualitas. Berdasarkan ukuran ini, orang yang berpendidikan tinggi, misalnya seorang sarjana akan menempati posisi teratas dalam stratifikasi sosial di masyarakat.


Secara luas, kriteria umum penentuan seseorang dalam stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.
  1. Kekayaan dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif.
  2. Daya guna fungsional perorangan dalam hal pekerjaan.
  3. Keturunan yang menunjukkan reputasi keluarga, lamanya tinggal atau berdiam di suatu tempat, latar belakang rasial atau etnis, dan kebangsaan.
  4. Agama yang menunjukkan tingkat kesalehan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya.
  5. Ciri-ciri biologis, termasuk umur dan jenis kelamin. Stratifikasi sosial di dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses perkembangan masyarakat dan dapat pula secara sengaja ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.

Munculnya Diferensiasi Sosial

Munculnya Diferensiasi Sosial - Interaksi sosial yang dilakukan individu yang memiliki ciriciri fisik dan nonfisik yang berbeda-beda mengakibatkan munculnya diferensiasi sosial yang membuat individu atau kelompok terpisah dan berbeda satu sama lain.

Munculnya Diferensiasi Sosial 

a. Ciri Fisik
Ciri fisik yang mendorong lahirnya diferensiasi sosial dapat terlihat dengan adanya perbedaan ras, yaitu penggolongan manusia ke dalam golongan tertentu berdasarkan perbedaan fisik yang tampak dari luar (fenotype), seperti warna dan bentuk rambut, warna mata, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, dan sebagainya.

b. Ciri Sosial
Ciri sosial terlihat dengan adanya organisasi-organisasi eksklusif yang membatasi keanggotaannya hanya pada levellevel tertentu dalam masyarakat. Di sini tersirat sebuah makna bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota melakukan fungsi atau tugas untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum.

c. Ciri Budaya
Dalam ciri budaya ini, individu cenderung membedakan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Hal ini terlihat dengan adanya anggapan bahwa kebudayaan atau gelar kesarjanaan luar negeri berbeda dengan kebudayaan atau gelar kesarjanaan dalam negeri. Atau pembagian masyarakat ke dalam suku-suku bangsa seperti Jawa, Bali, Sunda, dan lain sebagainya.

Dalam diferensiasi, strata yang dimiliki seseorang dianggap sebagai taraf permulaan bagi terciptanya stratifikasi sosial.

Namun, hal ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses yang cukup panjang. Pada awalnya dengan membedakan seseorang dengan yang lain, dipilih, dan kemudian diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok. Selanjutnya, perbedaan itu cenderung menjadi tetap dan terciptalah stratifikasi sosial. Namun demikian, tidaklah ditafsirkan bahwa semua diferensiasi akan mengarah pada stratifikasi sosial, karena di dalam masyarakat terdapat kekuatan atau daya yang mendorong penghapusan perbedaan atau diskriminasi di antara sesama manusia.

Disintegrasi sosial

Disintegrasi sosial - Perubahan yang dipaksakan dapat menimbulkan disintegrasi sosial. Disintegrasi sosial terjadi ketika unsur-unsur sosial yang berbeda yang ada dalam masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri satu sama lain. Ketika unsur sosial yang satu memaksakan diri, maka unsur sosial yang lainnyaakan memberontak atau melawan.

Disintegrasi sosial

Misalnya, pemerintah merencanakan pembangunan jalan tol dari sebuah kota ke kota lainnya. Jalan tol tersebut akan melewati tanah, kebun, sawah, bahkan pemukiman warga. Itu berarti akan ada penggusuran. Setiap unsur dalam masalah ini (masyarakat dan pemerintah) saling memaksakan kehendak. Dengan kekuasaannya, pemerintah mengerahkan polisi dan tentara untuk mengamankan jalannya penggusuran. Sementara warga bertahan mati-matian dan tidak mau digusur, karena akan menyengsarakan hidup mereka sendiri. Tentu keadaan semacam ini akan menimbulkan disintegrasi sosial. Rakyat bahkan sering berhadapan dengan aparat keamanan yang menggunakan kekerasan demi menyukseskan rencana pemerintah.

Pembukaan jalan tol tentu merupakan sebuah rencana yang baik, misalnya membuka isolasi daerah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Rakyat yang mempertahankan harta kekayaannya supaya tidak digusur pun merupakan sikap yang benar. Karena itu, tentu dibutuhkan langkah dialog yang persuasif dan saling menguntungkan agar program pemerintah bisa saling bersintesa dengan kepentingan masyarakat.

Ini hanya salah satu contoh dari berbagai kemungkinan disintegrasi sosial di negara Indonesia.

Contoh-contoh lainnya dapat kamu kemukakan sendiri. Pertanyaan sekarang adalah mengapa terjadinya disintegrasi sosial berhadapan dengan perubahan sosial dalam masyarakat? Paling kurang ada lima alasan yang mampu menjelaskan pertanyaan ini.

1. Tidak adanya persamaan pandangan mengenai tujuan semula yang ingin dicapai. Misalnya, masyarakat Indonesia mencita-citakan terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Ini merupakan kesepakatan awal dan dinyatakan dalam UUD 1945. Jika ada daerah atau provinsi di Indonesia yang mendirikan negara sendiri, tindakan semacam ini akan menimbulkan disintegrasi nasional.

2. Norma-norma masyarakat mulai tidak berfungsi dengan baik sebagai alat pengendalian sosial demi mencapai tujuan bersama. Misalnya, hukum ditegakkan secara tidak adil menguntungkan segelintir orang saja. Orang yan melakukan tindakan kejahatan dibiarkan bebaskarena memiliki uang untuk menyogok aparat penegak hukum. Sementara masyarakat kecil langsung dikenai sanksi. Kalau ini terjadi, dapat dipastikan bahwa disintegrasi sosial akan terjadi.

3. Terjadi pertentangan antarnorma-norma yang ada dalam masyarakat. Sejauh ini memang belum terjadi di negara kita. Tetapi pada level yang lebih kecil, misalnya pada masyarakat di tingkat Rukun Tetangga atau Rukun Warga, hal semacam ini sangat mungkin terjadi. Misalnya, ada sekelompok orang yang menganggap minum minuman keras tidak salah. Sementara masyarakat lainnya menganggap hal itu sebagai salah karena bertentangan dengan norma agama. Akan terjadi kekacauan sosial jika kedua kelompok masyarakat ini saling memaksakan kehendak. Di sini dibutuhkan hukum yang tegas dan berani mengatakan bahwa minuman keras salah secara hukum atau tidak.

Jika sudah ada kejelasan secara hukum, semua warga negara harus mentaatinya supaya keadaan harmonis dapat terbentuk dalam masyarakat tersebut.

4. Sanksi yang diberikan kepad pelanggar norma tidak dilaksanakan secara konsekuen. Aspek ini memiliki hubungan dengan yang sudah disebutkan pada poin 2 di atas. Pada level penyelenggaraan negara, penegakan hukum yang tidak adil akan menimbulkan disintegrasi sosial.

Sementara pada level komunitas, sanksi yang tidak diberikan secara efektif kepada pelanggar nilai dan norma juga akan menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial. Misalnya, ada warga masyarakat yang mengganggu ketertiban umum dengan menyetel musik keras-keras pada malam hari. Tindakan semacam ini tidak akan dihukum berdasarkan ketentuan hukum positif negara RI. Masyarakat memiliki mekanisme tersendiri dalam “menghukum” tindakan semacam ini, misalnya Ketua RT atau pemuka masyarakat menegurnya. Warga masyarakat yang lain juga harus patuh pada ketentuan bersama, bahwa seseorang tidak boleh menyetel musik keras-keras pada malam hari. Keadaan akan jadi kacau jika ada masyarakat yang ditegur ketika menyetel musik dengan keras, tetapi warga masyarakat lainnya tidak ditegur.

5. Tindakan-tindakan warga masyarakat tidak lagi sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Keadaan yang paling ekstrem terjadi ketika tidak ada seorang pun warga masyarakat yang taat pada nilai dan norma masyarakat. Keadaan ini tentu sangat meresahkan. Kekacauan pasti tidak bisa dihindari. Tentu kita berharap agar keadaan kacau semacam ini tidak akan terjadi. Karena itu, kita semua sebagai warga negara harus mematuhi berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Nilai dan norma tersebut ada untuk menjamin kelangsungan hidup kita semua sebagai warga negara.

Integrasi sosial

Integrasi sosial - Setiap perubahan yang dikehendaki atau diinginkan oleh masyarakat akan menghasilkan integrasi sosial. Ini berarti masyarakat menyadari bahwa sistem sosial, nilai, adatistiadat, norma, atau hukum yang berlaku sekarang sudah tidak memadai lagi dan sudah saatnya
diubah. Perubahan yang dikehendaki (intended change) oleh masyarakat sendiri tidak akan menimbulkan kekacauan atau disintegrasi sosial. Nilai, norma, atau tatanan hukum yang baru terbentuk akan dapat menjadi patokan hidup sosial, sehingga keharmonisan dan kedamaian segera tercipta, meskipun perubahan baru saja terjadi.

Integrasi sosial


Misalnya, selama masa kekuasaan Orde Baru, hak-hak politik warga negara Indonesia sering diabaikan dan tidak diakui. Atas nama stabilitas nasional, pemerintah membatasi kebebasan pers.

Pemerintah Orde Baru juga membatasi kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan berserikat, bahkan melarang aksi protes mahasiswa di kampus-kampus. Keadaan ekonomi yang hancur sejak tahun 1997 menyadarkan rakyat Indonesia bahwa negara dikelola secara buruk. Bahwa kehancuran ekonomi terjadi karena praktik politik yang korup, yang penuh dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Keadaan semacam itu, jika dibiarkan berlanjut tentu akan menghancurkan negara Indonesia sendiri. Karena itu, masyarakat dan mahasiswa kemudian melakukan aksi demonstrasi dan protes dengan puncak pada demonstrasi besar-besaran di bulan Mei 1998. Aksi itu mendesak Presiden Soeharto mundur dari jabatan.

Lengsernya Soeharto dari kekuasaan yang sudah dipegangnya selama 32 tahun dan lahirnya era reformasi merupakan sebuah perubahan sosial dan budaya. Perubahan semacam ini dikehendaki rakyat. Karena itu, disintegrasi negara akan diminimalisir sampai serendah mungkin. Tentunya stabilitas dan integrasi bangsa dan negara akan sangat ditentukan juga oleh masalah penegakan hukum yang pasti dan adil.

Tentunya kita semua mengharapkan agar segala perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia merupakan perubahan sosial yang dikehendaki warga negara. Bahwa dari dalam diri masyarakat sendiri timbul keinginan kuat untuk melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dalam bingkai semacam ini akan menjadi sebuah proses kebudayaan yang bagus, karena mampu merangkum seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Apalagi Indonesia adalah negara yang plural, di mana berbagai suku, bangsa, dan agama hidup di sini. Perubahan sosial sebagai sebuah proses kebudayaan akan mampu mengintegrasikan seluruh lapisan masyarakat dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.

Sebaliknya, perubahan yang dipaksakan hanya akan menghasilkan kekacauan dan disintegrasi sosial. Pemaksaan perubahan sosial dapat terjadi dari dalam masyarakat sendiri karena sekelompok orang ingin memaksakan kehendaknya. Atau, pemerintah ingin menguasai seluruh sendiri kehidupan warga negaranya. Pemaksaan perubahan juga bisa berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara adikuasa dengan kepentingan ekonomi dan politik yang ingin diwujudkan di negara Indonesia.

Masalah perubahan sosial yang menimbulkan kekacauan atau disintegrasi sosial akan diuraikan secara singkat di bawah ini. Uraian akan mencoba menjawab pertanyaan mengapa terjadinya disintegrasi sosial dan upaya mengatasinya.
Faktor Demografi Dalam Perubahan Sosial Budaya

Faktor Demografi Dalam Perubahan Sosial Budaya

Faktor Demografi Dalam Perubahan Sosial Budaya - Bertambah atau berkurangnya penduduk suatu masyarakat secara langsung atau tidak langsung akan memengaruhi pola kehidupan masyarakat tersebut. Pertambahan jumlah penduduk secara langsung memengaruhi aspek ekonomi, kepemilikan tanah, dan sumber produksi. Misalnya, seorang petani dari masyarakat yang menganut prinsip kekerabatan bilateral, mempunyai sawah dua hektar. Ia mempunyai empat orang anak. Jika hanya sawah yang diwariskan, setiap anak hanya akan mendapatkan tanah seluas setengah hektar. Oleh karena itu, anak-anak tersebut harus memulai cara bertani yang lebih intensif atau membuka usaha lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Perubahan sosial disebabkan oleh pertambahan penduduk juga tampak dalam cara bercocok tanam.

Ketika belum banyak penduduk di wilayahnya, berbagai suku di Indonesia mengenal sistem pertanian/ perladangan berpindah. Mereka membuka hutan untuk lahan pertanian. Setelah menjadi kurang subur, lahan itu ditinggalkan. Cara demikian ini tidak dapat dilakukan lagi ketika penduduk daerah tersebut semakin banyak. Untuk itu, mulai dikembangkan budaya pertanian menetap. Penduduk mulai belajar pola bertani menetap, antara lain dari para pendatang.

Berkurangnya jumlah penduduk dapat berakibat langsung pada bidang kegiatan sosial budaya, misalnya kegiatan gotong-royong, upacara adat, dan sebagainya. Ada desa-desa di Jawa Barat yang setiap tahun mengalami kekurangan penduduk karena warganya pergi ke kota setelah musim panen. Urbanisasi musiman ini dapat mengganggu pola gotong-royong, keamanan desa, dan sebagainya. Bahkan, tidak jarang setelah warga itu kembali dari kota, mereka membawa pula budaya kota yang berbeda dengan budaya di desa. Di Sumatera Barat, banyak rumah di desa ditinggalkan tanpa penghuni karena warganya merantau ke kota. Karena itu,
tidak jarang terjadi kesulitan mencari tenaga kerja untuk mengolah sawah.

Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan Narkotika - Sebelum menguraikan bahaya sebagai akibat penyalahgunaan narkotika, untuk jelasnya kita awali dengan meninjau khasiat narkotika dari segi medis. Narkotika itu khasiat utama sebagai analgetika, yaitu mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan di rumah sakit dan untuk orang yang menderita sakit yang sudah tidak tahan lagi.

Penyalahgunaan Narkotika

Misalnya sakit kanker atau diberikan kepada orang-orang yang akan mengalami operasi. Di samping khasiat utama seperti yang tersebut di atas narkotika juga menimbulkan efek yang disebut halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah atau rasa nyaman. Dengan timbulnya efek halusinasi inilah yang menyebabkan sekelompok masyarakat terutama di kalangan remaja ingin menggunakan narkotika, meskipun tidak menderita sakit apa-apa. Hal inilah yang mengakibatkan terjadi penyalahgunaan obat (narkotika). Bahaya-bahaya yang bila menggunakan narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan, yang timbul adalah adanya ”addiksi” = ketergantungan obat (ketagihan).

Addiksi adalah suatu keracunan obat yang bersifat kronik atau periodik sehingga kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri maupun masyarakat.

Orang-orang yang sudah terlibat pada penyalahgunaan narkotika, pada mulanya masih dalam ukuran (dosis) yang normal, lama kelamaan penggunaan obat menjadi kebiasaan (habituasi), setelah biasa menggunakan kemudian untuk menimbulkan efek yang sama diperlukan dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini akhirnya menjadi dependensi (ketergantungan), merasa tidak dapat hidup tanpa narkotika.

Adapun gejala-gejala diri korban ketergantungan obat narkotika menurut Kuswanto menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
  1. Tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat yang ada di sekelilingnya, bertindak semaunya sendiri, indisipliner, sering berdusta, membolos sekolah, terlambat bangun pagi, ingin selalu ke luar rumah, menghabis-habiskan makanan di rumah tanpa mengingat anggota keluarga yang lain.
  2. Pada proses yang lebih tinggi, kenakalan meningkat sampai mau mengambil barang berharga (mencuri).
  3. Pada dosis yang tinggi penderita merasa dirinya paling tinggi, paling hebat, merasa kuat dan sanggup melakukan apa saja.
  4. Pada saat efek mulai menurun penderita sangat gelisah, merasa diancam, dikejar-kejar ingin menyakiti dirinya sendiri sampai bunuh diri atau membunuh orang lain.


Reaksi demikian inilah yang dinamakan ketergantungan obat, yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun masyarakat.

Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang  - Perilaku menyimpang dari sudut pandang kriminologi ada 2 macam, yaitu:

Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
a. Teori Pengendalian
Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupaya imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi hukuman terhadap penyimpangan.

Dalam masyarakat konvensional, ada empat hal yang mengikat individu terhadap norma masyarakatnya.
  1. Kepercayaan, mengacu pada norma yang dihayati.
  2. Ketanggapan, yakni sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain.
  3. Keterikatan (komitmen), berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yang konformis.
  4. Keterlibatan, mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat seperti sekolah dan organisasi-organisasi masyarakat.


b. Teori Konflik
Dalam teori ini terdapat dua macam konflik sebagai berikut.
  1. Konflik budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai. Masing-masing kelompok menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Orang-orang yang menganut budaya berbeda dianggap sebagai penyimpangan.
  2. Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya. Mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap mempunyai perilaku menyimpang sehingga dicap sebagai penjahat.

Metode yang Digunakan untuk Mempengaruhi Sosialisasi

Metode yang Digunakan untuk Mempengaruhi Sosialisasi - Ada berbagai metode yang dipergunakan oleh masyarakat atau orang dewasa dalam mempengaruhi proses sosialisasi anak. Pada prinsipnya proses sosialisasi dapat digolongkan dalam dua kategori sebagai berikut.

Metode yang Digunakan untuk Mempengaruhi Sosialisasi

a. Metode Ganjaran dan Hukuman
Tingkah laku anak yang baik, mendapatkan ganjaran. Ganjaran itu dapat bersifat materiil berupa benda-benda, atau dapat pula bersifat nonmateriil misalnya pujian, hak-hak khusus, dan lain-lain, sedangkan tingkah laku anak yang tidak baik atau tercela, mendapat hukuman. Hukuman dapat berupa hukuman badan, misalnya pukulan. Dapat pula hukuman sosial, misalnya diasingkan atau dikucilkan. Dengan hukuman, anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya tidak baik dan ditolak oleh masyarakat. Sebaliknya dengan ganjaran, anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya baik, terpuji, dan diterima oleh orang lain. Dengan proses ganjaran dan hukuman ini secara perlahan-lahan dalam diri anak tumbuh kesadaran nilai-nilai dan norma-norma sosial.

b. Metode Pemberian Contoh
Dengan pemberian contoh itu akan terjadi proses imitasi (peniruan) tingkah laku dan sifat-sifat orang dewasa oleh anak. Proses imitasi dapat terjadi secara sadar, dapat pula tidak disadari.

Proses imitasi tersebut berhubungan erat dengan proses identifikasi. Dengan identifikasi anak menyatukan diri secara psikis dengan orang lain dan anak berusaha meniru seperti orang lain.

Kebudayaan dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian (Watak Individu)

Kebudayaan dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian (Watak Individu) - Kebudayaan merupakan karakter suatu masyarakat dan bukan karakter individual. Semua yang dipelajari dalam kehidupan sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan kebudayaan. Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui suatu proses belajar yang panjang.

Kebudayaan dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian

Dalam proses belajar yang disebut sosialisasi itu, kepribadian individu pasti juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan itu secara keseluruhan. Gagasan-gagasan, tingkah laku, atau tindakan manusia itu ditata, dikendalikan, dan dimantapkan pola-polanya oleh berbagai sistem nilai dan norma di masyarakatnya.

Sebaliknya, kebudayaan di masyarakat turut memberikan sumbangan pada pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian suatu individu masyarakat, walaupun berbeda-beda distimulasi dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma dalam sistem budaya dan juga oleh sistem sosial yang telah diinternalisasinya melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup sejak masa kecilnya sampai tua.

Kepribadian ada yang selaras dan ada yang tidak selaras dengan lingkungan alam serta sosial. Pembentukan watak banyak dipengaruhi oleh pengalamannya ketika sebagai anak-anak yang berada dalam asuhan orang-orang terdekat di lingkungannya, yaitu ayahnya, ibunya, kakaknya, dan individu lainnya yang berada di sekelilingnya.

Suatu kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu yang tampak dari luar. Watak inilah yang terlihat oleh orang asing. Watak khas itu sering tampak pada gaya tingkah laku masyarakatnya, kegemarankegemaran mereka, dan berbagai benda budaya hasil karya mereka.

Alat-alat yang Dipergunakan untuk Melaksanakan Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial

Alat-alat yang Dipergunakan untuk Melaksanakan Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial - Alat-alat yang Dipergunakan untuk Melaksanakan Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial Setiap masyarakat akan mempergunakan alat-alat untuk melaksanakan aturan sosial dan pengendalian yang sesuai dengan kebutuhannya.

Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial


Namun yang paling penting adalah bagaimana caranya agar pengendalian sosial tersebut melembaga dan mendarah daging dalam masyarakat yang bersangkutan, agar efektif dalam penerapannya. Alat-alat yang dipergunakan untuk melaksanakan aturan sosial dan pengendalian sosial sebagai berikut.

a. Penyebaran rasa malu di dalam bentuk desas desus tentang orangorang yang bertingkah laku menyimpang, akan lebih efektif terutama bagi pengendalian diri individu sendiri.

b. Pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah merupakan salah satu alat pengendalian sosial yang telah melembaga, baik pada masyarakat sederhana maupun masyarakat yang sudah kompleks.

c. Teguran dari penguasa terhadap warga masyarakat yang melanggar.

d. Hukum dalam arti luas, juga merupakan alat pengendalian sosial yang paling bagus karena lazimnya disertai dengan sanksi-sanksi yang tegas.

e. Ajaran-ajaran agama yang memberikan contoh hak, kewajiban, dan larangan-larangan bagi para umatnya.

Perwujudan penerapan aturan sosial dan pengendalian sosial sebagai berikut.

a. Penghukuman terhadap pelanggaran dan larangan yang akan mengakibatkan kena sanksi bagi pelanggarnya. Kepentingan-kepentingan dari seluruh kelompok masyarakat dilindungi pelanggar, akan terkena sanksi.

b. Pada peristiwa kompensasi standarnya adalah kewajiban di mana inisiatif untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan akan minta ganti rugi, sebab pihak lawan melakukan cedera janji. Di sini ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang.

c. Terapi maupun konsiliasi yang bersifat remedial. Artinya tujuan untuk mengembalikan situasi pada keadaan semula sebelum terjadinya sengketa. Yang pokok bukan siapa yang kalah atau menang, akan, tetapi yang penting adalah menghilangkan keadaan yang tidak menyenangkan.

Oleh sebab itu, pada terapi dan konsiliasi adalah normalitas dan keserasian. Pada terapi, korban mengambil inisiatif sendiri untuk memperbaiki dirinya dengan bantuan pihak-pihak tertentu. Misalnya kasus penyalahgunaan narkotika si korban akhirnya sadar dengan sendirinya. Pada konsiliasi masing-masing pihak yang bersengketa mencari upaya untuk menyelesaikannya, dengan kompromi atau mengundang pihak ketiga.

Perwujudan pengendalian sosial tersebut, tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi mungkin merupakan kombinasi antara berbagai wujud sebagai alternatif.


Cara Melaksanakan Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial

Cara Melaksanakan Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial - Cara penerapan aturan sosial dan pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Pada prinsipnya berkisar pada cara-cara tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan (coersive). Cara mana yang sebaiknya diterapkan, tergantung pada siapa pengendalian sosial tersebut hendak diperlakukan dan dalam keadilan yang bagaimana akan dilaksanakan.

Cara Melaksanakan Aturan Sosial dan Pengendalian Sosial

a. Di dalam masyarakat yang tenteram, cara-cara persuasif atau tanpa kekerasan akan lebih efektif daripada penggunaan paksaan. Hal ini dikarenakan di dalam masyarakat yang tenteram sebagian besar dari kaidah-kaidah dan nilai-nilai telah melembaga. Namun demikian meskipun bagaimana tenteramnya suatu masyarakat pasti masih dijumpai warga-warga yang melakukan tindakan-tindakan menyimpang. Terhadap mereka yang melakukan penyimpangan diperlukan suatu paksaan, agar tidak terjadi goncangan-goncangan yang mengganggu ketenteraman yang telah ada.

b. Dengan paksaan atau coersive sering diperlukan di dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan. Dalam keadaan seperti itu pengendalian sosial membentuk kaidah-kaidah baru untuk menggantikan kaidahkaidah lama yang telah goyah. Cara-cara menggunakan kekerasan ada batas-batasnya, tidak selalu dapat diterapkan. Biasanya kekerasan menimbulkan reaksi negatif. Reaksi negatif tersebut selalu mencari kesempatan dan menunggu saat di mana agent of social control berada dalam keadaan lemah.

c. Teknik compulsion dan pervasion. Dalam compulsion diciptakan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung, sedangkan pada pervasion norma atau nilai yang ada diulang-ulang penyampaiannya, dengan harapan bahwa hal tersebut masuk aspek bawah sadar seseorang. Dengan demikian maka orang tadi akan mengubah sikapnya sehingga serasi dengan hal-hal yang diulang-ulang penyampaiannya tersebut.

Pendekatan Sosiologi

Pendekatan Sosiologi - Dilihat dari segi pendekatan sosiologi menurut Drs. Kuswanto ada dua ciri khas, yaitu bersifat komparatif dan bersifat holistik.

Pendekatan Sosiologi


a. Pendekatan Komparatif
Pendekatan komparatif, yaitu pendekatan yang melihat manusia dengan pandangan yang luas, tidak hanya masyarakat yang terisolasi atau hanya dalam tradisi sosial tertentu saja. Ciri-ciri pendekatan komparatif, antara lain:

  • berusaha mengenali persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan sampai kepada generalisasi;
  • berusaha memberikan uraian keterangan ilmiah yang dapat diterima;
  • membanding-bandingkan antarmasyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, termasuk tradisi satu dengan tradisi yang lain dalam seluruh ruang dan waktu; dan
  • memberikan uraian tentang variasi bentuk-bentuk sosial dan mencatat asal-usul serta perkembangan manusia dengan adat-istiadatnya, mencakup dimensi waktu.


b. Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik, yaitu suatu pendekatan berdasarkan pendapat bahwa masyarakat itu dapat diselidiki sebagai keseluruhan, sebagai unit-unit yang bersifat fungsional, atau sebagai sistem-sistem tertentu. Sosiologi mencoba mencakup keseluruhan ruang lingkup dari segala sesuatu yang berhubungan dengan kemanusiaan sampai kepada generalisasi-generalisasi.

Secara khusus pendekatan holistik dalam sosiologi mempunyai dua aspek primer sebagai berikut.

  • Mencoba meninjau kebudayaan manusia sebagai jaringan tunggal yang saling berkaitan, sebagai kesatuan yang teratur, dan sebagai keseluruhan yang berfungsi. Di dalamnya semua bagian saling berhubungan sebagai komponen suatu sistem. Suatu kejadian yang terjadi pada komponen yang satu akan berpengaruh pada struktur dan kerja secara keseluruhan.
  • Mempelajari ciri-ciri biologis dan ciri-ciri sosial budaya dari spesiesspesies.Evolusi fisik manusia dan evolusi budaya tidak dipandang tanpa berkait-kaitan untuk mendapatkan pemahaman yang tepat.

Manfaat dan Tujuan Sosiometri

Manfaat dan Tujuan Sosiometri

Manfaat sosiometri
Dengan mempelajari data sosiometri konselor dapat:

  1. Untuk memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di dalam kelasnya
  2. Memperbaiki penyesuaian hubungan social siswa secara individual
  3. Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik sekolah terhadap hubungan sosial di kalangan siswa
  4. Mempelajari mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam-macam
  5. Menemukan norma-norma pergaulan antarsiswa yang diinginkan dalam kelompok / kelas bersangkutan 
Sosiometri



Sosiometri sebagai alat penilai non tes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain: untuk menentukan pembentukan kelompok kerja (pembagian tugas), untuk pengarahan dinamika kelompok, untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada setiap anak.

Baca Juga : Macam-macam Sosiometri

TUJUAN SOSIOMETRI
Adapun tujuan dari penggunaan sosometri adalah sebagai berikut:

  1. Menemukan murid mana yang ternyata mempunyai masalah penyesuain diri dalam kelompoknya.
  2. Membantu meningkatkan partisipasi social diantara murid-murid dengan penerimaan sosialnya.
  3. Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah pergaulan yang sedang dialami oleh individu tertentu.
  4. Merencanakan program yang konstruktif untuk menciptakan iklim sosial  yang lebih baik dan sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu.


Macam-macam Sosiometri

Macam-macam Sosiometri - Metode sosiometri ini mencoba untuk menemukan individu dalam situasi dimana mereka secara spontan mengungkapkan hubungannya, sosiometri dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:

Sosiometri tipe nominatif

Macam-macam Sosiometri

Dalam tipe ini setiap individu dalam kelompok ditanyai, siapa-siapa kawan yang disenangi / tidak disenangi untuk diajak untuk melakukan suatu aktivitas tertentu atau siapa kawannya dalam suatu pola hubungan tertentu. Pilihan itu harus ditulis berurutan dari pilihan pertama (paling disenangi), pilihan kedua dan seterusnya.

Contoh-contoh pertanyaan untuk sosiometri tipe nominatif anatara lain sebagai berikut:
  • Dengan siapakah anda ingin duduk dalam satu bangku?
  • Dengan siapa anda senang bermain?
  • Siapakah kawan yang terbaik?
  • Dengan siapakah anda senang bekerjasama?
  • Apabila anda mendapatkan kesulitan-kesulitan, kepada siapakah anda biasanya meminta pertolongan?
  • Apabila kelas anda akan melakukan kerja kelompok, dengan siapakah anda senang berkelompok?


Sosiometri tipe skala bertingkat
Dalam tipe ini disediakan sejumlah statement yang disusun secara bertingkat, yaitu dari statement yang menyatakan hubungan yang paling dekat, sampai dengan statement yang menyatakan hubungan yang paling jauh. Dalam setiap statement kepada individu diminta untuk mengisi nama salah seorang temannya yang hubungannya sesuai dengan yang dinyatakan tersebut.
Adapun cotoh-contoh statementnya adalah sebagai berikut:
  • Saya sangat menyenangi teman ini. Saya sangat senang bersama-sama dengan teman ini kemanapun saya pergi. Kalau saya mempunyai problem kepadanya saya meminta bantuan. Sebaliknya, saya pun senantiasa siap membantunya. Teman tersebut adalah …………………….
  • Saya menyenangi teman ini. Saya sering bekerjasama dengannya dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Saya juga sering berbincang-bincang dengannya. Teman yang saya maksud tersebut adalah …………………………..
  • Saya dapat bergaul secara baik dengan teman ini. Saya tidak keberatan kalau ia merupakan salah satu anggota kelompok kami, saya dapat bekerjasama dan bermain dengan teman ini dalam kegiatan-kegiatan sekolah, walaupun di luar sekolah saya jarang sekali berhubungan dengannya. Teman tersebut adalah………………………….
  • Saya tidak menyukai teman ini. Saya selalu berusaha untuk menghindari pertemuan dengan teman ini. Saya keberatan kalau ia dimasukkan kedalam kelompok kami. Teman yang saya maksud tersebut adalah …………………………


Sosiometri tipe siapa dia
Dalam tipe ini disediakan sejumlah statement tentang sifat-sifat individu. Sebagian dari statement-statement tersebut mengungkapkan sifat yang positif dan sebagian lagi mengungkapkan sifat yang negatif. Kepada masing-masing anggota kelompok diminta memilih kawan-kawannya yang mempunyai sifat yang cocok dengan yang diungkapkan oleh statementnya tersebut.
Sosiometri tipe ini sering juga disebut tipe “terkalah dia” ( guess who ). Dan karena pada setiap statement ada kemungkinan pilihan lebih dari seorang, maka tipe ini sering juga disebut tipe “siapa mereka” (who are they).

Contoh-contoh statementnya antara lain:

  • Dalam keadaan kelas ini ada teman yang hamper tidak pernah marah walaupun diganggu oleh temannya. Teman tersebut adalah ………………………………..
  • Lam kelas ini ada teman yang sering murung. Ia jarang bergurau atau bercerita tentang hal-hal yang lucu. Dia/mereka adalah...................................
  • Dalam kelas ini ada teman yang angkuh dan tidak pernah mau menghargai pendapat orang lain. Ia sering marah-marah kalau ada orang lain yang menyangkal pendapatnya. Dia / mereka adalah ......................................
  • Dalam kelas ini ada teman yang dapat bekerjasama secara baik dengan setiap orang. Ia bekerja dengan giat dan bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan kepadanya. Dia / mereka adalah ………………………………………


Arti Penting Pendidikan

Arti Penting Pendidikan - Pendidikan adalah suatu ilmu yang kita pelajari. Dengan adanya pendidikan kita dapat mempelajari dan mengetahui tentang ilmu-ilmu yang penting.Pendidikan sangat penting kita dapatkan, karena jika kita tidak mengetahui dan mendapatkan ilmu kita akan mudah di tipu dan di permainkan oleh orang. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting.  Banyak ilmu yang dapat kita pelajari seperti : matematika, bahasa indonesia, biologi,bahasa inggris,kimia, fisika dan masih banyak lagi ilmu pendidikan yang harus kita pelajari.

Arti Penting Pendidikan


Secara umum, pendidikan dapat dikategorikan menjadi pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal dilaksanakan melalui institusi formal, sedangkan non-formal melalui institusi non-formal. Dalam zaman yang semakin kompleks, tuntutan akan pentingnya pendidikan semakin besar mengingat arus perkembangan dunia yang semakin cepat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa jika pendidikan berhenti, maka berhentilah dunia ini.

Artinya, selama dunia masih tetap ada, maka pendidikan akan selalu berlangsung. Hal ini diperlukan karena pendidikan merupakan tuntutan kehidupan yang membutuhkan tanggapan yang cermat dalam mencerdaskan bangsa sehingga mampu menghadapi tuntutan global. Tuntutan-tuntutan global yang harus dijawab oleh lembaga pendidikan di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat.
2) Munculnya modernisasi dan globalisasi.
3) Pertambahan penduduk yang semakin meningkat.
4) Terjadinya krisis moral dan kebudayaan.
5) Semakin sempitnya lapangan pekerjaan.
6) Tuntutan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7) Perlunya pencerahan agama.
8) Perkembangan ideologi.
9) Munculnya masalah-masalah sosial, dan lain-lain.

Pengertian Lembaga Pendidikan

Pengertian Lembaga Pendidikan - Pendidikan adalah keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di mana dia hidup, serta proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Inti urusan lembaga pendidikan ini terletak pada upaya sosialisasi norma-norma yang dijunjung tinggi, dan akan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Pengertian Lembaga Pendidikan

Dalam proses sosialisasi ini, diharapkan warga masyarakat baru memiliki pengertian, kemampuan, dan sikap yang diharapkan oleh masyarakat yang bersangkutan. Pembahasan lembaga pendidikan ini akan menitikberatkan pada proses sosialisasi yang intinya mengantarkan seseorang kepada suatu kebudayaan. Dalam lembaga ini, proses sosialisasi dapat diperoleh dari jenis lembaga pendidikan yang ada, yaitu menyangkut hal-hal sebagai berikut.

1) Lingkungan pendidikan informal.
2) Lingkungan pendidikan masyarakat di luar lingkungan keluarga.
3) Lingkungan pendidikan formal persekolahan.

Pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk membangun manusia seutuhnya. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan tujuan pendidikan.

Sebagaimana kita ketahui, manusia pada dasarnya mengalami proses sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer dilakukan dalam lingkungan keluarga semenjak anak dilahirkan. Sedangkan sosialisasi sekunder dialami ketika anak memasuki usia sekolah, dimana anak mengalami sosialisasi yang lebih luas dalam melihat dunianya. Sosialisasi dalam keluarga merupakan modal dasar untuk meneruskannya dalam sosialisasi sekunder.

Susunan Lembaga Keluarga

Susunan Lembaga Keluarga - Dalam lembaga keluarga, dikenal apa yang dinamakan keluarga inti dan keluarga meluas. Keluarga inti merupakan suatu lembaga keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum melakukan perkawinan.

Susunan Lembaga Keluarga


Dengan demikian, jumlah anggota keluarga inti relatif kecil. Sedangkan keluarga meluas merupakan lembaga keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah anak-anaknya yang sudah berkeluarga atau bahkan pamannya, dan lain sebagainya. Jadi keluarga meluas, anggota keluarganya lebih dari satu generasi.

Dalam lembaga keluarga, juga mengenal adanya sistem kekerabatan yang berupa unilineal dan parental. Sistem unilineal merupakan sistem kekerabatan yang melalui garis keturunan ibu atau ayah saja. Sedangkan sistem parental merupakan sistem kekerabatan yang melalui dua garis keturunan, yakni ayah dan ibu.

Dalam karakteristik masyarakat yang berbeda, lembaga keluarga juga memiliki norma-norma yang berbeda pula. Selain sistem dan norma sebagaimana telah disebutkan di atas, masih banyak pula sistem-sistem lain yang mengikat dalam lembaga keluarga. Dalam hal ini, misalnya adanya pola tempat tinggal atau menetap setelah berlangsungnya perkawinan. Adapun mengenai pola tempat tinggal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Pola Lokal
Terdapat lembaga keluarga yang mengatur adanya pola lokal, dimana pengantin baru harus tinggal terpisah baik dari orang tua pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan. Lembaga keluarga yang mengatur pola ini biasanya untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk belajar mandiri.

2) Pola Neolokal
Merupakan pola yang memberi kebebasan kepada mereka yang telah melangsungkan pernikahan untuk tempat tinggal di tempat baru yang mereka pilih. Dalam hal ini, mereka memiliki kebebasan untuk memilih di mana mereka akan tinggal dalam melangsungkan kebudayaan.

3) Pola Patrilokal
Merupakan pola yang mengatur keluarga baru untuk menetap di lingkungan keluarga suami. Pola ini bersifat kaku, karena mereka yang telah melangsungkan pernikahan tidak memiliki pilihan lain, kecuali harus tinggal bersama keluarga suami.

4) Pola Matripatrilokal
Merupakan pola yang mengatur keluarga baru untuk menetap di lingkungan pihak wanita, selanjutnya menetap bersama keluarga pria. Pola ini agak lebih longgar di mana mereka dapat tinggal di tempat kedua orang tua mereka, baik di pihak laki-laki maupun perempuan.

5) Pola Matrilokal
Merupakan suatu pola yang mengatur keluarga baru untuk menetap bersama dengan keluarga pihak wanita. Pola ini juga tidak memberikan pilihan lain, kecuali mereka harus tinggal di tempat keluarga wanita.

6) Pola Patrimatrilokal
Merupakan pola yang mengatur keluarga baru untuk menetap bersama keluarga pihak pria, untuk selanjutnya menetap bersama keluarga pihak wanita. Pola ini seperti halnya pola matripatrilokal tetapi dimulai dari tinggal di tempat pihak pria dahulu kemudian baru tinggal di tempat pihak wanita.

7) Pola Bilokal Merupakan pola yang mengatur bahwa keluarga baru dapat menentukan pilihan sendiri, apakah akan menetap bersama keluarga pihak pria atau bersama pihak wanita. Dalam pola ini terdapat kelonggaran untuk memilih di mana mereka akan menetap.

8) Pola Avanukolokal
Merupakan pola yang mengatur keluarga baru untuk menetap bersama kelurga paman dari pihak ibu, baik paman dari pihak ibu pengantin pria, maupun dari pihak ibu pengantin wanita.

Bentuk-Bentuk Keluarga

Bentuk-Bentuk Keluarga - Sebagai lembaga sosial, keluarga juga menentukan sistem kekerabatan, misalnya siapa saja yang menjadi anggota keluarga. Sistem kekerabatan dalam keluarga ada yang bersistem konjugual dan sistem konsanguinal. Keluarga yang bersistem konsanguinal menekankan pada pentingnya ikatan darah. Sedangkan keluarga yang bersistem konjugal lebih menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan daripada ikatan darah.

Bentuk-Bentuk Keluarga

Ada pula yang membedakan antara keluarga orientasi (family of orientation) dan keluarga prokreasi (family of procreation). Keluarga orientasi merupakan keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan, sedangkan keluarga prokreasi adalah keluarga yang dibentuk oleh seseorang berdasarkan dengan pernikahan.

Di samping bentuk keluarga yang sudah dijelaskan di atas, dikenal pula dengan keluarga inti (nuclear family) dan keluarga meluas (extended family), dimana bentuk ini didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekeluargaan (hubungan darah). Keluarga inti adalah keluarga yang jumlah anggota keluarganya terdiri dari ayah, ibu, anak-anak yang belum menikah. Sedangkan keluarga meluas adalah keluarga yang terdiri dari lebih dari satu generasi atau lebih dari satu keluarga inti.

Perubahan masyarakat dari agraris menuju masyarakat industri menyebabkan perubahan organisasi dan struktur keluarga. Perubahan tersebut adalah bahwa keluarga inti (extented family) yang cenderung berubah kepada keluarga besar (nuclear family). Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga besar adalah keluarga yang terdiri lebih dari satu generasi. Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
  1. Industrialisasi menyebabkan keluarga inti bersifat mobil, mudah pindah dari tempat satu ke tempat lain, dan akan menetap dimana ada pekerjaan, sehingga menyebabkan lemahnya ikatan kekerabatan.
  2. Industrialisasi mempercepat adanya emansipasi wanita yang dapat memungkinkan wanita untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga menyebabkan melemahnya fungsi extented family dan di sisi lain memperkuat fungsi nuclear family.
  3. Industrialisasi menyebabkan corak kehidupan ekonomi baru dalam masyarakat.


Proses perubahan dari extented family kepada nuclear family mempunyai dampak positif dan negatif bagi anggota keluarga. Di satu sisi, dengan nuclear family individu bebas dari ikatan kewajiban dan tanggung jawab dalam hubungan sosial yang lebih besar. Di pihak lain, nuclear family menyebabkan timbulnya isolasi sosial, kurangnya afeksi, beban psikologi menjadi lebih berat karena individu kurang mempunyai keleluasaan untuk melepaskan tekanan-tekanan fisik. Akibat-akibat negatif ini tampak pada naiknya angka perceraian dan gejala disorganisasi keluarga.
Back To Top